MEMBINCANG TANGKI SEPTIK

Agustus 08, 2017 Mashuri Mashar S.KM 0 Comments




Sudahkah anda Buang Air Besar hari ini? Dimana? Jika sudah, berapa kali? Saat kapan? Bagaimana bentuknya? Cairkah? Lebih terang warnanya? Dan masih banyak lagi pertanyaan jika kita ingin membahas segala hal terkait kotoran manusia. 

Maaf, jika membukaanya dengan pertanyaan yang berhubungan dengan kotoran manusia atau secara jamak disebut tinja. Bukan apa-apa, tapi terkadang kita masih sering mengesampingkan ihwal tinja kita sendiri. Padahal, jika kita lebih jeli melihat dan mengamati “barang” milik sendiri itu, dengan serta merta kita sedang membaca hasil tes menyeluruh terhadap gambaran kondisi kesehatan kita. Entah itu berhubungan dengan warnanya, bentuknya, bahkan ukurannya.

Bukankah ini sangat menggembirakan ?

Namun begitu, kali ini saya tidak sedang ingin membahas hal tersebut. Salah satu penyebabnya, karena sudah ada yang membahas itu, tentu saja. Tapi jangan khawatir, yang akan kita bahas masih ada hubungannya dengan tinja juga. Atau lebih tepatnya; penampungan dan pengolahannya. Bagi saya, ini juga tidak kalah pentingnya, mengingat tinja manusia jika tidak terkelola dengan baik justru akan menjadi sumber pencemaran baru bagi lingkungan sekitarnya.

Mari kita mulai.

Penampungan dan pengolahan. Kedua kata ini begitu teknis sifatnya. Karena penampungan dan pengolahan juga berhubungan dengan bagaimana sebuah sistem tertentu bekerja. Bagaimana dengan penampungan dan pengolahan tinja ?

Selain penampungan dan pengolahan, kata lain yang juga berhubungan langsung dengan tinja adalah pengangkutan. Namun karena pangangkutan secara otomatis akan muncul ketika sistem penampungan dan pengolahan sudah berjalan. Saya mencba membagi dua sistem pengangkutan tinja. Sistem pertama itu adalah sistem langsung. Dimana, yang menjadi medianya adalah pipa yang langsung terhubung dengan sistem pengolahan. Jadi, dari kloset kemudian tinja menuju bak control dan kemudian mengalir ke sistem pengolahan

Sistem kedua, adalah tidak langsung. Sistem ini dikatakan tidak langsung karena menggunakan truk penyedotan tinja. Perbedaan mendasar sistem ini dengan yang sebelumnya terletak pada jalur perjalanan tinja sebelum tahapan pengolahan. Jika sebelumnya dari kloset langsung ke bak control dan kemudian diangkut atau lebih tepatnya dialirkan menuju ke sistem pengolahan (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja), untuk sistem kedua ini tidak.  

Penampungan Tinja


Tanpa kata tinja, penampungan bermakna proses, cara perbuatan menampung; penadahan; penyambutan. Setidaknya, ini yang tetulis didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 5.0 (KBBI 5.0). Dari situ bisa kita simpulkan, bahwa kata penampungan ada hubungannya dengan sebuah proses.    

Hal yang tidak jauh berbeda ketika kita hubungkan kata tinja dengan penampungan. Sehingga kurang lebih bermakna proses, cara perbuatan menampung; penadahan; penyambutan kotoran hasil buangan yang dikeluarkan dari alat pencernaan keluar tubuh melalui dubur. Lagi-lagi batasan ini bersumber dari KBBI 5.0.

Setelah memahami batasan dari kata penampung tinja, bagaimanakah bentuk dari penampung tinja itu sendiri ? perlu diingat, saya tidak sedang membicarakan kloset. Karena kloset hanya medium untuk sampai ke penampung tinja itu sendiri. Jadi, kolset bukan penampung tinja. Yang dimaksud dengan penampung tinja adalah Septik Tank.

Menariknya, masing-masing daerah di Indonesia sudah mengenal ini dengan berbagai langgam penyebutan. Misalnya; sopitang, atau bahkan menyebutnya sepitang. Namun begitu, bagaimanapun penyebutannya, septik tank tetap dipahami sebagai penampung tinja.

Apakah masalah penampung tinja ini sudah selesai ? saya kira belum. Sebagai penampung tinja ada beberapa hal yang sebaiknya kita pahami. Dimulai dari pertanyaannya kenapa tinja harus ditampung?
Sekilas pertanyaan ini terdengar aneh. Namun saat dua kilas, pertanyaan ini bertujuan untuk mendedah segala hal yang berhubungan dengan tinja itu sendiri. Pertama, kandungannya. Secara garis besar minimal ada empat hal yang terkandung didalam tinja, antara lain; Mikroba, Materi Organik, Telur Cacing, dan Nutrien.

Kedua, dampaknya. Jika tinja tidak ditampung, keempat dari kandungan tersebut akan dengan mudahnya masuk dalam tanah. Dan, tanah pun bisa tercemar.

Sehingga, tidak ada alasan untuk tidak menampung tinja tadi. Kita belum berbicara soal penyebaran penyakit akibat tidak tertampungnya tinja manusia dengan baik, bukan ?

Pertanyaan lanjutnya, bagaimana penampung tinja yang benar ?

Pada prinsipnya penampung tinja yang baik itu harus tertutup dan kedap air. Karena jika tidak, bisa dipastikan limbah manusia yang nama lainnya blackwater, akan menjadi sumber penyakit melalui perantara entah itu melalui tangan, serangga (lalat), melalui air, makanan, atau bahkan terserap di tanah dan kemudian mencemari sumber air baku. Disebut mencemari karena keberadaan komposisi kimia yang yang sangat kompleks – merupakan paduan dari empat unsur tadi—yang kemudian berpotensi mencemari tanah. Salah satu contohya Chemical Oxygen Demand (COD).

COD, secara harfiah bermakna (jumlah) kebutuhan oksigen agar suatu bahan kimia terurai sempurna. Artinya, semakin tinggi COD semakin parah tingkat pencemarannya. Sialnya, pada tinja manusia nilai COD-nya adalah 10.000 (mg/L), sedangkan nilai COD yang ditoleransi hanya 80 (mg/L). Bisa dibayangkan bagaimana rumitnya kandungan kimia dari kotoran kita, bukan?

Jika anda bertanya; bagaimana mungkin tinja yang kandungan COD-nya sedemikian besar kemudian di tampung pada penampungan yang kedap air ? bukankah ini berpeluang untuk menimbulkan tekanan ?

Jawaban dari pertanyaan tersebut berhubungan dengan sistem pengolahan dari tinja tadi yang ada didalam penampungan atau septik tank. 

Pengolahan   



Seperti halnya kata penampungan, kata pengolahan menurut KBBI juga bermakna proses, cara, perbuatan mengolah. Apalagi jika dihubungkan dengan kata penampungan, tentu saja pembicaraan kita terkait tinja akan semakin meluas. Sehingga berbagai bentuk penanganan dalam rangka mengurangi nilai COD dari tinja kita bisa terwujud.

Alasan pertama tinja kita yang tertampung didalam septik tank harus diolah adalah karena nilai COD. Sehingga dibutuhkan suatu cara pengolahan tinja sehingga bisa menurunkan nilai COD. Salah satu cara atau sistemnya adalah septik tank up flow filter. Sistem ini menjadi menarik karena sistemnya sederhana. Cukup dengan memanfaatkan bakteri anaerob untuk mengurai tinja dalam bilik kedua pada pipa-pipa atau bamboo yang berpean sebagai filter sebelum dikeluarkan melalui pipa outlet.

Alasan kedua, karena sistem pengolahan tersebut berfungsi menurunkan tekanan akibat tingginya nilai COD pada tinja tadi. Karena itupula disetiap tanki septik yang kedap pasti dibangun lubang hawa. Tujuannya tidak lain untuk mengeluarkan biogas yang merupakan hasil dari pengolahan tinja tadi.

Alasan ketiga, bisa berdampak positif pada kualitas kandungan air baku. Hal ini terutama berlaku pada masyarakat perkotaan yang pemukimannya cenderung lebih padat. Sehingga ancaman rusaknya sumber air baku ketika tanki septik tidak kedap tidak terjadi.

***

Akhir kata, pembicaraan terkait tinja makin kesini makin menarik. Salah satu penyebabnya karena ini juga berhubungan dengan manusia itu sendiri sebagai “penghasil” yang disaat bersamaan jika tidak ditampung dengan benar dan dikelola dengan baik tentu saja akan kembali menjadikan manusia sebagai korbannya. Walaupun, pembicaraan terkait tinja dan pengelohannya bukan saja tentang penampungan, pengangkutan dan pengolahan saja tetapi terkait hal teknis yang lebih spesifik juga.

Tanpa bermaksud menghilangkan makna penting dari hal tehnis yang bersifat spesifik tadi, penekanan tulisan ini terletak pada prinsip dasar sistem pengolahan tinja yang aman.  

Apakah tanki septik dirumah anda sudah kedap?




Add caption